Jumat, 28 Desember 2012

Upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw Pada Siswa SMP N 1 Purwantoro Kelas VIII.B Semester Gasal Tahun Pelajaran 2012/2013

Upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar
Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw
Pada Siswa SMP N 1 Purwantoro  Kelas VIII.B  Semester Gasal Tahun Pelajaran 2012/2013

OLEH
DWI ANA HANDAYANI, S.Pd
NIP. 19740403 200701 2 008
SMP NEGERI 1 PURWANTORO

ABSTRAK

Peserta didik dikondisikan memiliki motivasi belajar yang bagus, sikap dalam kelas yang baik dan menyenangi mata pelajaran matematika. Demikian pula guru memiliki kemampuan yang memadai dalam mengelola kelas, menguasai strategi pembelajaran yang tepat dan melibatkan seluruh peserta didik serta disukai peserta didik. Dengan pembelajaran Model Jigsaw, Siswa mempelajari setiap topik materi pelajaran sendiri dalam kelompok ahli dan menemukan penyelesaian masalah materi pembelajaran tersebut, maka peserta didik akan termotivasi  belajar dan mempunyai tanggung jawab untuk menguasai materinya, sehingga pembelajaran secara keseluruhan dapat dikatakan berhasil.
Rumusan masalah yang dikemukakan adalah:” Apakah penggunaan model pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII. B  SMP N 1 Purwantoro semester gasal tahun pelajaran 2012/2013?” Adapun tujuan penelitian adalah dengan menggunakan model pembelajaran koopertif type Jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) pada siswa kelas VIII.B SMP N 1 Purwantoro semester gasal tahun pelajaran 2012/2013.
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2012/2013  selama dua bulan, yaitu pada bulan Oktober dan Nopember 2012  dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Purwantoro Wonogiri sebanyak 34 orang. Metode pengumpulan data melalui tes, observasi dan angket yang kemudian dianalisis dan divalidasi. Penelitian ini terdiri dari dua siklus yang masing-masing siklus, meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan  hasil belajar Sistem persamaan linier dua variabel .pada peserta didik kelas VIII B SMP 1 Purwantoro Wonogiri tahun pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar sebelum tindakan dengan rata-rata yang diperoleh 76,0; siklus I 78,71; dan Siklus 2 81,15. Demikian pula motivasi siswa dalam belajar mengalami peningkatan yang lebih baik. Peningkatan tersebut sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian dan hipotesis penelitian ini..
Kata Kunci : Motivasi, Hasil Belajar dan Model Jigsaw.



PENDAHULUAN
Latar Belakang.
SMP Negeri 1 Purwantoro merupakan SMP Negeri di wilayah paling timur di Kabupaten Wonogiri yaitu terletak di Desa Bangsri Kecamatan Purwantoro. Karena letaknya pendaftar melampaui daya tampung yang ada. Walaupun demikian siswa yang diterima di SMP Negeri 1 Purwantoro masih mempunyai nilai matematika yang rendah, ada 40% dari siswa yang diterima dengan nilai matematika di bawah 60.
Berdasarkan data awal dari hasil survei 34 siswa kelas VIII. B  yang menjadi subyek penelitian ini, pada nilai rapot kelas VII rata- rata 73,5 dengan batas ketuntasan minimal 71. Diantara 34 siswa masih terdapat 8 siswa yang memperoleh nilai matematika di bawah batas ketuntasan yang telah ditetapkan. Selain masalah hasil belajar, berdasarkan sikap siswa dalam mengikuti pelajaran matematika hanya sedikit siswa yang berani bertanya, hanya sedikit siswa yang berani mengajukan diri untuk mengerjakan soal depan kelas kecuali jika ditunjuk oleh guru. Saat pembelajaran berlangsung masih banyak siswa yang tidak  tahu beberapa istilah matematika atau pengetahuan prasyarat yang didapat dari pelajaran sebelumnya. Selain itu buku paket yang disediakan sekolah untuk dipakai dan dibawa pulang tidak dimanfaatkan siswa untuk mempelajai materi baru.  Hal ini disebabkan banyaknya siswa yang masih menganggap matematika merupakan pelajaran yang paling sulit dan menyeramkan sehingga intensitas belajar matematika rendah. intensitas belajar merupakan pencerminan dari usaha belajar  siswa. Semakin tinggi usaha dan intensitas belajar semakin baik prestasi yang diharapkan.
Tidak efektifnya pengajaran yang dilakukan guru tersebut diduga akibat kurang tepatnya guru dalam menggunakan strategi pembelajaran. Peningkatan hasil belajar pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel dan efektifas pembelajaran yang diharapkan oleh peneliti adalah cara menciptakan pembelajaran yang menarik dengan memilih model Jigsaw.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 5 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Dengan demikian siswa saling tergantung satu sama lain dan harus bekerjasama untuk mempelajari tugas yang ditugaskan.
Pada kesempatan ini peneliti mengadakan penelitian rendahnya penguasaan siswa pada materi Sistem Persamaan Linier Dua variabel karena adanya motivasi belajar siswa. yang rendah dan tidak efektifnya pengajaran yang dilakukan guru dalam menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa SMP N 1 Purwantoro Kelas VIII.B  Semester Gasal Tahun Pelajaran 2012/2013.
Dengan metode kooperatif tipe jigsaw ini para siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi dengan baik dan untuk bekerja keras dalam kelompok ahli mereka supaya mereka dapat membantu timnya melakukan tugas dengan baik. Oleh karena itu, peneliti mengadakan penelitian dengan judul “ Upaya meningkatkaan motivasi dan hasil belajar Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa SMP N 1 Purwantoro Kelas VIII.B  Semester Gasal Tahun Pelajaran 2012/2013.”

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah-masalah dalam penelitian ini dapat diidetifikasi sebagai berikut:
1.    Guru masih menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional dan monoton.
2.    Guru hanya mengejar penyelesaian materi sesuai tuntutan kurikulum , tanpa memberikan kesempatan siswa untuk benar-benar memahami materi yang diajarkan.
3.    Siswa kurang memiliki motivasi dalam mengikuti pembelajaran sehingga minat terhadap pelajaran yang disampaikan rendah.
4.    Pengawas maupun kepala sekolah belum memberikan perhatian penuh terhadap guru dalam melaksanakan tugasnya terutama yang berkaitan dengan model-model pembelajaran.

Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.    Apakah penggunaan model pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII. B  SMP N 1 Purwantoro
2.    Apakah penggunaan model pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar sistem persamaan linier dua variabel pada  siswa kelas VIII. B  SMP N 1 Purwantoro semester gasal tahun pelajaran 2012/2013.

Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Memberikan layanan pembelajaran yang berkualitas dan efektif sehingga siswa memiliki
2.    Tujuan Khusus
a.    Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII. B  SMP N 1 Purwantoro semester gasala pada tahun pelajaran 2012/2013
b.    Untuk meningkatkan hasil belajar system persamaan linier dua variabel pada siswa kelas VIII. B  semester gasal tahun pelajaran 2012/2013

Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Teoritis
a.    Mendapatkan pengetahuan tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan. motivasi dan hasil belajar siswa
b.    Sebagai dasar atau acuan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.
2.    ManfaatPraktis
a.    Bagi Siswa
1)   Meningkatkan rasa tanggung jawab dan kerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2)   Meningkatkan partisifasi dan motivasi belajar siswa.
3)   Meningkatkan hasil belajar matematika
b.    Bagi Guru
1)   Mengembangkan kompetensi dan kreativitas guru dalam proses pembelajaran
2)   Mendapatkan alternative model pembelajaran yang tepat sehingga bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran
3)   Sebagai sarana penelitian guru dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru.
c.    Bagi Sekolah
1)   Sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan mutu pendidikan di sekolah.
2)   Menciptakan pembelajaran yang kondusif.
3)   Menambah perbendaharaan di perpustakaan sekolah

KAJIAN TEORI
Karakteristik dan Hakekat Matematika
Matematika seringkali dipandang sebagai suatu mata pelajaran yang tertutup, karena untuk dapat menguasai suatu materi baru diperlukan adanya penguasaan terhadap materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Hal ini karena matematika itu sendiri berkenaan dengan symbol-simbol dan struktur-struktur yang hubungannya diatur menurut aturan yang logis. Addusysakir (2007) merangkum definisi matematika sebagai ilmu tentang bilangan dan ruang, besaran (kuantitas), hubungan (relasi), bentuk (abstrak), struktur-struktur yang logis dan bersifat deduktif.
Hal ini sejalan dengan pendapat Andersen, J.R, et al (2000) bahwa pengetahuan dibangun melalui konstruksi pengetahuan di otak siswa sehingga terbentuk hubungan dan saling keterkaitan antar materi. 
Hasil Belajar Matematika
Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses tersebut karena adanya: 1). Stimulus yang berasal dari lingkungan dan 2). perubahan perilaku ini tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi ada yang sengaja direncanaka dan ada yang dengan sendirinya terjadi karena proses perilaku ini disebut dengan proses belajar. Proses ini merupakan suatu aktivitas psikis / mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan yang relatif konstan dan berbekas. Perubahan-perubahan perilaku ini merupakan hasil belajar yang  mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik (Suprayekti, 2004: 2)
Setelah proses belajar, maka siswa memperoleh hasil belajar (Dimyati dan Mujiono, 2006: 34). Menurut ahli pendidikan dan psikologi, salah satu hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu biasanya berupa penguasaan terhadap ketrampilan dan perubahan yang berupa sikap. Perubahan perilaku ini merupakan hasil dari kegiatan belajar yang dicapai dengan cara latihan maupun pengalaman (Baharudin & Esa Nur Wahyuni, 2007 : 34).
Hasil belajar matematika adalah hasil yang diperoleh dari serangkaian usaha yang disengaja dalam pembelajaran matematika untuk memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku. Hasil belajar matematika dapat berupa penguasaan terhadap sejumlah materi matematika. Berhasil tidaknya siswa dalam pembelajaran matematika dapat diketahui dari hasil tes (evaluasi).

Model Pembelajaran
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai model-model pembelajaran, akan dibahas terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan pendekatan, strategi dan model pembelajaran.
a.    Pendekatan dalam pembelajaran.
Pendekatan adalah suatu jalan, cara atau kebijakan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran apabila kita melihatnya dari sudut bagaimana
proses pengajaran atau materi pengajaran itu dikelola. Contoh pendekatan- pendekatan dalam pengajaran amtematika antara lain : CBSA, kontektual, indukti, deduktif, spiral dan pemecahan masalah (DEPDIKNAS, 2005: 3).
b.    Strategi Pembelajaran.
Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang   tepat dan cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dapat  tercapai. Strategi pembelajaran yang dapat dipilih saat ini adalah strategi yang membuat siswa semakin aktif dalam belajarnya. Strategi pembelajaran sepeti ini dikenal dengan istilah pembelajaran aktif. Pembelajaran    adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa (Amin Suyitno, 2006).
c.    Metode Mengajar.
Metode mengajar adalah cara mengajar atau cara menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang kita ajar.Macam-macam metode mengajar antara lain : ceramah, ekpositori, Tanya jawab dan penemuan (DEPDIKNAS, 2005: 4).
d.   Model Pembelajaran.
Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien.
Macam-macam model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa antara lain :
1)   Model pembelajaran pengajuan soal (problem solving).
2)   Model pembelajaran Contextual Teching and Learning (CTL).
3)   Model pembelajaran PAKEM.
4)   Model pembelajaran Quantum.
5)   Model pembelajaran Berbalik.
6)   Model pembelajaran RME (Realistic Mathematic Education).
7)   Model pembelajaran Kooperatif
e.    Pembelajaran Kooperatif.
Menurut Slavin dalam Susilowati (1995), Pembelajaran kooperatif merupakan ide lama semenjak abad pertama setelah masehi para filosof sudah mengemukakan bahwa agar seseorang belajar dia harus memiliki teman belajar. Dalam pembelajaran kooperatif siswa akan lebih mudah memahami dan menemukan konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah – masalah tersebut dengan temannya.
Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok – kelompok kecil yang heterogen, terdiri dari 4-5 orang siswa, campuran dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, rendah, jenis kelamin dan suku / ras serta saling membantu satu sama yang lain. Agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan secara efektif unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang perlu ditanamkan kepada siswa  adalah sebaga berikut :
1)   Para siswa harus memiliki persepsi yang sama bahwa mereka tenggelam dan berenang bersama.
2)   Para Siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri mereka dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3)   Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
4)    Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara para anggota kelompok.
5)    Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
6)   Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerjasama selama belajar.
Dalam pembelajaran kooperatif di kelas ada beberapa tahap yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
1).Tahap Persiapan
a)    Merancang dan menyiapkan materi pelajaran.
b)   Menetapkan siswa dalam kelompok.
c)    Menentukan skor awal.
d)   Menyiapkan siswa untuk bekerja kooperatif
2). Tahap Pembelajaran
a)    Guru menyiapkan tugas dan motivasi siswa untuk belajar.
b)   Guru menyampaiakn materi/informasi dengan demontrasi atau teks.
c).Siswa diskusi atau belajar    kelompok.
d).Evaluasi, dalam hal ini guru mengetes materi pelajaran atau kelompok menyajikan hasil pekerjaannya.
e).Pengenalan, dalam hal ini guru menemukan cara-cara untuk mengenali karya dan
3) Turnamen.
Turnamen merupakan suatu struktur dimana permainan itu terjadi. Permainan disun dari pernyataan-pernyataan relevan dengan pelajaran yang dirancang untuk mengetes pengetahuan yang diperoleh siswa dari penyampaian materi pelajaran di kelas dan kegiatan kelompok.
4).Kuis
Setelah diadakan turnamen, siswa mendapat kuis secara individu untuk mengetahui tingkat penguasaan pengetahuan secara individu. Dalam mengerjakan kuis, siswa dalam kelompok tidak diperbolehkan saling membantu. Dengan demikian siswa sebagai individu bertanggung jawab untuk memahami materi pelajaran.
5).Penghargaan kelompok.
Setelah turnamen dan kuis dilaksanakan perhitungan skor kelompok, maka guru segera menyiapkan penghargaan pada tim (kelompok) yang memperoleh nilai baik
f, Model Pembelajaran Jigsaw.
Menurut Hisyam Zaini dkk (2007:59), Model pembelajaran Jigsaw merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan model ini adalah dapat  melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain.
Menurut Slavin (2008: 237), Kunci metode Jigsaw adalah interdepensi : tiap siswa tergantung kepada teman satu timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik saat penilaian.
Langkah – langkah pengajaran dengan metode jigsaw yang harus diperhatikan adalah:
1). Materi. Pilih materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa topik.
2). Membagi siswa dalam tim. Membagi para siswa ke dalam tim heterogen yang terdiri dari empat sampai lima anggota.
3).Membagi siswa dalam   kelompok ahli. Dalam membagi siswa dalam kelompok ahli dapat dilakukan secara acak atau tiap kelompok ahli terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang dan rendah.
4). Diskusi Kelompok Ahli. Para siswa dengan topik ahli yang sama mendiskusikannya dalam kelompok. Para siswa dengan topik ahli 1 untuk berkumpul bersama pada satu meja, semua siswa dengan topik ahli 2 berkumpul pada meja lain dan seterusnya. Tunjuk seorang pemimpin diskusi untuk tiap kelompok.Pemimpin diskusi tidak harus siswa dengan kemampuan yang baik, semua siswa mempunyai kesempatan yang sama. Sekitar dua puluh menit keelompok ahli akan mendiskusikan topik – topik mereka, sementara kelompok ahli bekerja guru meluangkan waktu dengan tiap kelompok secara bergantian. Guru mungkin menjawab pertanyaan-pertanyaan dan meluruskan kesalahpahaman, tetapi tidak boleh mencoba mengambil alih kepemimpinan diskusi.
5). Laporan Tim. Para ahli kembali kepada timnya masing-masing teman  untuk mengajari topik mereka kepada teman satu timnya. Para siswa mempunyai tanggung jawab terhadap teman satu tim mereka untuk menjadi guru yang baik sekaligus juga sebagai pendengar  yang baik.
6). Tes. Para siswa mengerjakan kuis/tes. Satu kopian soal untuk tiap siswa. Berikan waktu yang cukup bagi semua siswa untuk menyelesaikan soal yang diberikan.
Diagram 1. Ilustrasi Kelompok Pembelajaran Jigsaw

  
4. Motivasi Belajar.
a. Pengertian Motivasi.
Callahan dan Clark (dalam Mulyasa, 2005: 174) mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu. Dengan motivasi akan tumbuh dorongan untuk melakukan sesuatu dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan. Seseorang melakukan sesuatu kalau ia memiliki tujuan atas perbuatannya, demikian halnya karena adanya tujuan yang jelas maka akan bangkit dorongan untuk mencapainya.
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu atau keadaan seseorang atau organism yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif  menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2008: 28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114), motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktifitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Motivasi merupakan salah satu factor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. 

b. Macam-macam Motivasi.
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua yaitu:
1). Motivasi Instrinsik
2). Motivasi Ekstrinsik.
5.Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)
a.    Persamaan Linier Dua Variabel (PLDV)
Persamaan Linier Dua Variabel adalah persamaan yang memiliki dua variable dengan pangkat masing-masing variable sama dengan satu ( Cucun Cunayah, 2007: 55).
Bentuk umum Persamaan Linier Dua Variabel (PLDV ) adalah
                 ax + by = c

 
 



b.    Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)
Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) adalah dua buah persamaan linier dua variabel yang hanya mempunyai satu penyelesaian (Cucun Cunayah, 2007: 56).
Bentuk umum system persamaan linier dua variabel (SPLDV) adalah
                    ax + by = c
                     mx + ny = p

 
 




Dengan x, y disebut variabel dan a, b, m, n desebut koefisien.
c.    Menyelesaikan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
Untuk menyelesaian atau akar dari system persamaan linier dua variabel dapat ditentukan dengan 4 cara, yaitu:
1). Metode grafik
2)  Metode eliminasi
3). Metode substitusi
4). Metode gabungan
d. Membuat Model Matematika
Beberapa permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dapat diselesaikan dengan system persamaan linier dua variabel. Permasalahan sehari-hari tersebut biasanya disajikan dalam bentuk soal cerita.

METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
1.Waktu Penelitian
   Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan bulan Nopember  tahun 2012, dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 1. Jadwal Penelitian  
No
Kegiatan
Waktu
1.
Persiapan
1 – 14  Oktober 2012
2.
Perencanaan
15 – 20 Oktober 2012
3.
Pelaksanaan

4.
a.   Siklus I
22, 25 dan 28 Oktober 2012

b.   Siklus II
30 Okt, 1 dan 4 Nopember 2012

Penyusunan Laporan
5 – 30 Nopember 2012

2.Tempat Penelitian
   Penelitian ini dilaksanakan di kelas yang penulis ampu yaitu kelas VIII. B SMP N 1 Purwantoro. Dari survei awal diketahui nilai ulangan matematika siswa kelas VIII.B masih rendah yaitu 76,0 dan 14 siswa memperoleh nilai kurang dari KKM yaitu 75.

Subyek Penelitian
      Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII.B SMP N 1 Purwantoro semester gasal tahun 2012/2013 sebanyak 34 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Materi  pelajaran pada saat dilaksanakan penelitian ini adalah Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV).

Sumber Data
Sumber data dalam penelitian diperoleh langsung dari siswa sebagai subyek penelitian. Data penelitian terdiri dari data kualitatif berupa hasil pengamatan dan dokumentasi berupa foto dan data kuantitatif berupa hasil tes belajar Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV).

Tehnik dan Alat Pengumpulan Data
1.      Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data menggunakan angket untuk mengetahui pendapat siswa tentang model pembelajaran jigsaw, observasi untuk mengetahui motivasi siswa dan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa tiap akhir siklus.
2.      Alat Pengumpulan Data
 Alat pengumpulan data menggunakan angket, lembar observasi dan soal tes tertulis berbentuk soal uraian diakhir siklus.

Validasi Data
Validasi instrumen dilakukan dengan trianggulasi untuk meminimalkan subyektivitas (Suwarsih Madya, 2007). Proses trianggulasi dilakukan peneliti dan rekan sejawat  untuk merevisi kelayakan dan tingkat kesukaran butir soal berbentuk soal essay (uraian) agar lebih obyektif.
Reliabilitas data PTK tidak mungkin dilakukan seperti halnya penelitian kuantitatif. Untuk meyakinkan atas reliabilitas PTK maka disajikan hasil angket, observasi,  foto dan  hasil tes di akhir siklus.

Analisis Data.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik diskriptik analitik. Data kualitatif dideskripsikan dan ditransformasi secara kuantitatif dengan menentukan persentase masing-masing amatan. Data kuantitatif hasil belajar ditabulasi, dihitung rata-rata dan persentase ketuntasan belajarnya.

Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini menggunakan acuan berikut:
1.      Meningkatnya hasil belajar siswa baik aspek afektif  (motivasi siswa)  sesuai masing-masing amatan pada tiap-tiap siklus,
2.      Meningkatnya hasil belajar siswa (secara kognitif) tiap siklus dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM)  ≥ 75

Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan teman sejawat sebagai kolaborator. Bentuk kolaborator diharapkan dapat memberikan kedalaman cakupan penelitian dan keakuratan data. Penelitian tindakan kelas ini mengikuti pola penelitian tindakan pada umumnya, yaitu proses pengkajian bersiklus dengan dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari prosedur sebagai berikut (Susilo, 2007: 19)
1.      Perencanaan (planning).
2.      Tindakan (acting).
3.      Observasi (observing.
4.      Refleksi (reflecting).
Penelitian yang penulis lakukan terdiri dari dau siklus dengan materi pelajaran matematika Kelas VIII semester gasal yaitu Standar Kompetensi  2, memahami SPLDV dan menggunakan dalam kehidupan, yang dibagi dalam beberapa Kompetensi Dasar (KD) yaitu :
2.1.  Menyelesaikan SPLDV
2.2. Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan  SPLDV
2.3.  Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan SPLDV dan penafsirannya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Diskripsi Kondisi Awal.
1.      Diskripsi Lokasi
SMP N egeri 1 Purwantoro terdiri dari 23 rombongan belajar yaitu kelas VII ada 8 rombel, kelas VIII ada 7  rombel dan kelas 9 ada 8 rombel. Peneliti mengambil subyek tindakan kelas VIII. B karena peneliti sendiri mengampu kelas tersebut. Kelas VIII. B terdiri dari 34 siswa yaitu 14 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Secara akademis tidak begitu bagus karena dari nilai rapot saat kelas VII, hasil nilai rapot hanya mempunyai rata-rata 73,5 dan dengan batas ketuntasan 71 dengan 12 siswa memperoleh nilai di bawah KKM.
2.      Deskripsi Refleksi Awal.
a. Proses Pembelajaran.
Pembelajaran pada refleksi awal adalah peneliti mengambil data dari materi sebelumnya yaitu persamaan garis lurus. Pada materi ini pembelajaran dilakukan secara klasikal dengan metode ceramah dan tanya jawab biasa. Dari hasil evaluasi pada materi ini masih ada 11 siswa belum mencapai batas ketuntasan minimal.
b.Hasil Observasi.
Hasil observasi awal peneliti dan kolaborator pada refleksi awal ini dirangkum dalam bentuk tabel berikut ini :
Tabel 2. Motivasi siswa pada pembelajaran sebelumnya.
No
Aspek yang dinilai
Jml Skor
%
1.
Tekun mengerjakan tugas
54
40%
2.
Ulet dalam menghadapi kesulitan
40
29%
3.
Suka bekerja sendiri
48
35%
4.
Kemampuan melakukan pertanyaan
51
38%
5.
Tekun dalam mempelajari materi
48
35%
c. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa pada pembelajaran sebelum tindakan secara lengkap pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Rangkuman hasil belajar siswa sebelum siklus
Kriteria
Jumlah
Persentase
Tuntas
20
 58.82%
Belum  Tuntas
14
41.18%
Jumlah
34
100%
Nilai Rata-rata
76,0
Nilai Maksimum
85
Nilai Minimum
45

Laporan Hasil Penelitian
1.      Siklus I
a. Proses Pembelajaran
Pembelajaran pada siklus 1 dilaksanakan selama 3 pertemuan (6 Jam Pelajaran). Dengan materi Persamaan linier dua variabel (PLDV) dan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV). Dengan indikator menyelesaikan system persamaan linier dua variabel dengan empat metode, yaitu metode grafik, metode eliminasi, metode substitusi dan metode gabungan. Proses pembelajaran pada siklus 1 guru menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw.
b.Hasil Observasi
Diskripsi hasil pengamatan pada pembelajaran siklus 1 secara lengkap dirangkum dalam tabel berikut ini:
Tabel 4. Motivasi siswa pada pembelajaran siklus 1

No
Aspek yang dinilai
Jml Skor
%
1.
Tekun mengerjakan tugas
95
70%
2.
Ulet dalam menghadapi kesulitan
82
60%
3.
Suka bekerja sendiri
79
58%
4.
Kemampuan melakukan pertanyaan
82
60%
5.
Tekun dalam mempelajari materi
95
70%
c. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus 1 secara lengkap dirangkum dalam tabel 5 berikut ini:
Tabel 5. Rangkuman Hasil Belajar Siswa pada Siklus 1
Kriteria
Jumlah
%
Tuntas
26
  76.47%
Belum  Tuntas
8
   23.53%
Jumlah
34
100%
Nilai Rata-rata
78,71
Nilai Maksimum
95
Nilai Minimum
50
d.      Refleksi.
 Refleksi dilakukan bersama-sama dengan kolaborator, dilaksanakan setelah ulangan harian pada siklus I
1)      Memeriksa dan menganalisis hasil ulangan harian.
2)      Menganalisis  lembar observasi.
3)      Mencari kekurangan / kelemahan pelaksanaan siklus I.
4)      Mencari solusi perbaikan pelaksanaan siklus II.

2.      Siklus II
a. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada siklus II dilaksananakan selam 3 pertemuan ( 6 jam pelajaran ) yaitu dengan materi membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan SPLDV dan Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan SPLDV dan penafsirannya. Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran jigsaw terbimbing.
b.Hasil Observasi
Diskripsi hasil pengamatan pada pembelajaran siklus II secara lengkap dirangkum dalam tabel berikut ini:
Tabel 6. Motivasi siswa pada pembelajaran siklus II
No
Aspek yang dinilai
Jml Skor
%
1.
Tekun mengerjakan tugas
118
87%
2.
Ulet dalam menghadapi kesulitan
104
76%
3.
Suka bekerja sendiri
100
74%
4.
Kemampuan melakukan pertanyaan
115
85%
5.
Tekun dalam mempelajari materi
123
90%
c. Hasil Belajar Siswa.
Hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus II secara lengkap dirangkum dalam tabel 5 berikut ini:
Tabel 7. Rangkuman Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
Kriteria
Jumlah
Persentase
Tuntas
30
 88.24%
Belum  Tuntas
4
 11.76%
Jumlah
34
100%
Nilai Rata-rata
81.15
Nilai Maksimum
100
Nilai Minimum
58
d.      Refleksi
Refleksi dilakukan bersama-sama dengan kolaborator, dilaksanakan setelah ulangan harian pada siklus I, kegiatan antara lain:
1)      Memeriksa dan menganalisis hasil ulangan harian.
2)    Menganalisis  lembar observasi.
3)    Membuat kesimpulan
Pembahasan Hasil Penelitian Antar Siklus
Berdasarkan tujuan penelitian ini pembahasan tidak hanya difokuskan pada aspek kognitif ( hasil tes ) saja, tetapi juga ditekankan pada aspek afektif  yang mendukung motivasi belajar siswa.
1.      Peningkaan Sikap Yang Mendukung Motivasi Siswa Saat Proses Pembelajaran.
Tabel 8. Rangkuman Sikap Siswa Tiap Siklus.

No
Aspek Yang Dinilai
Siklus I
Siklus II
Jml
Skor
%
Jml
Skor
%
1
Tekun mengerjakan tugas
95
70%
118
87%
2
Ulet dalam menghadapi kesulitan
82
60%
104
 76%
3
Suka bekerja sendiri
79
58%
100
  74%
4
Kemampuan melakukan pertanyaan
82
60%
115
85%
5
Tekun dalam mempelajari materi
95
70%
123
  90%

a.       Peningkatan Hasil Belajar.
Dari hasil penilian ini menunjukkan bahwa penggunaan Model Pembelajaran Type Jigsaw dalam pembelajaran matematika membawa dampak peningkatan hasil belajar pada materi Sistem Pesamaan Linier Dua Variabel. Perubahan hasil belajar secara lengkap ditunjukkan pada tabel 9 berikut ini:
Tabel 9. Rangkuman Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus.
Kriteria
Sebelum Siklus
Siklus I
Siklus II
JML
Persen
JML
Persen
JML
Persen
Tuntas
20
 58.82%
26
76.47%
30
88.24%
Belum Tuntas
14
 41.18%
8
 23.53%
4
11.76%
Rata-rata
76,00

78,71

81,15

Nilai Min
45

50

58

Nilai Maks
85

95

100


Berdasarkan tabel di atas peningkatan rata-rata hasil belajar berdasarkan ketuntasan belajar yang dicapai siswa dari sebelum tindakan ke siklus II tejadi kenaikan dari 58,82% menjadi 88,24% atau naik 29,42%. Rata-rata nilai siswa juga meningkat dari 76,00 menjadi 81,15 atau naik sekitar 5,15.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw yang telah diterapkan merupakan salah satu strategi yang menarik untuk digunakan. Hal ini juga didukung oleh materi yang dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian atau sub topik. Dengan model pembelajaran jigsaw para siswa termotivasi untuk mempelajari materi yang diberikan guru dengan baik dan bekerja keras dalam kelompok ahli mereka supaya mereka dapat membantu timnya melakukan tugas dengan baik.

 

PENUTUP

Kesimpulan.
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Dengan Menggunakan model pembelajaran Jigsaw dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan adanya peningkatan skor sikap siswa tekun dalam mempelajari materi yang diberikan.
2.      Dengan menggunakan model pembalajaran Jigsaw dalam pembelajaran matematika dapat menigkatkan hasil belajar matematika materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV). Hal ini ditunjukkan adanya peningkatan ketuntasan belajar yang dicapai siswa, dari sebelum tindakan sampai dengan siklus II dari  =(20/34)*100 58.82% menjadi 6,00  menjadi 81,15 atau naik 5,15%.

Saran-saran
Setelah mengadakan penelitian, maka beberapa saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
1.      Model pembelajaran Jigsaw dapat digunakan sebagai salah satu strategi pembelajaran matematika materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV), karena dapat memotivasi siswa untk bekerja keras dan punya tanggung jawab yang besar sehingga dapat digunakan pada tahun-tahun berikutnya.
2.      Guru dalam mengajar perlu merancang pembelajaran sebaik-baiknya dengan menggunakan strategi yang tepat sesuai dengan materi dan kondisi siswa.
3.      Model pembelajaran Jigsaw dalam pembelajaran matematika dapat digunakan sebagai pendekatan pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar matematika.
4.      Guru dalam mengajar perlu menjadikan siswa sebagai jiwa yang memiliki potensi yang lebih, sehingga guru cukup sebagai fasilitator agar siswa dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki sebaik-baiknya.



DAFTAR PUSTAKA
Addusysakir, 2007. Ketika Kyai  Mengajar Matematika. Malang : UIN Malang Press

Andersen JR Lynne Reder, Herbert A, Simon,  2000. Applications and Misapplications Of Cognitive Psykology to Mathematics Education. Texas Educational Review Contributed Paper at the International Coference on the Teaching of Mathematics Samos. July 3 – 6 1998

Baharudin dan Esa Nur W, 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar – Ruzz Media.

Cunayah Cucun, 2007. Ringkasan dan Bank Soal Matematika Untuk SMP / MTs. Bandung : Yrama Widys.

DEPDIKNAS, 2006. Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

Dimyati dan Mujiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional dan Rineka Cipta.

Djamarah dan Syaiful Bahri, 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Hisyam Zaini, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran Aktf. Jalarta : CTSD

Madya Suwarsih, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. www.ktiguru.org.Akses 28 Agustus 2007.

Marpaung Yanses, 2002. Reformasi Pembelajaran Matematika dan Makalah Seminar Regional Pendidikan Matematika “Problematika Evaluasi Pembelajaran Matematiaka”. Surakarta: Program Pasca Sarjana UNS 22 maret 2002.

Mohammad User dan Usman, 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, 2005. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sholeh Muhammad, 1998. Pokok—Pokok Pengajaran Matematika Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan.

Slavin Robert E, 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Suprayekti, 2004. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Susanto Hadi, 2008. Kebangkitan Nasional Harus Dilakukan Setiap Hari. Koran Tempo 18 Mei 2008. http://www.fmipa.itb.ac.id. Akses 25–8-2008.

Susilo, 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publiser.

Susilowati Dewi, 2008. Diklat Penelitian Tindakan Kelas dan Inovasi Pembelajaran Matematika. Makalah. Sukoharjo: UNIVET.

Tampomas Husein, 2005. Matematika 2 SMP Kelas VIII. Jakarta: Yudistira.

Zulkadi, 2003. Pendidikan Matematiak Realistik Indonesia. Palembang: FKIP Universitas Sriwijaya. www. Pmri.or.id. Akses 10 Nopember 2003.


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Premium Wordpress Themes