Senin, 31 Desember 2012
Jumat, 28 Desember 2012
Upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw Pada Siswa SMP N 1 Purwantoro Kelas VIII.B Semester Gasal Tahun Pelajaran 2012/2013
12/28/2012 01:55:00 PM
mgmpmatsanggar10
No comments
Upaya meningkatkan motivasi dan hasil
belajar
Sistem Persamaan Linier Dua
Variabel (SPLDV) menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw
Pada Siswa SMP N 1 Purwantoro Kelas VIII.B
Semester Gasal Tahun Pelajaran 2012/2013
OLEH
DWI ANA HANDAYANI, S.Pd
NIP. 19740403 200701 2 008
SMP NEGERI 1 PURWANTORO
ABSTRAK
Peserta didik
dikondisikan memiliki motivasi belajar yang bagus, sikap dalam kelas yang baik
dan menyenangi mata pelajaran matematika. Demikian pula guru memiliki kemampuan
yang memadai dalam mengelola kelas, menguasai strategi pembelajaran yang tepat
dan melibatkan seluruh peserta didik serta disukai peserta didik. Dengan
pembelajaran Model Jigsaw, Siswa mempelajari setiap topik materi pelajaran
sendiri dalam kelompok ahli dan menemukan penyelesaian masalah materi pembelajaran
tersebut, maka peserta didik akan termotivasi
belajar dan mempunyai tanggung jawab untuk menguasai materinya, sehingga
pembelajaran secara keseluruhan dapat dikatakan berhasil.
Rumusan
masalah yang dikemukakan adalah:” Apakah penggunaan model pembelajaraan
kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa
kelas VIII. B SMP N 1 Purwantoro
semester gasal tahun pelajaran 2012/2013?” Adapun tujuan penelitian adalah
dengan menggunakan model pembelajaran koopertif type Jigsaw dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar matematika sistem persamaan linier dua variabel
(SPLDV) pada siswa kelas VIII.B SMP N 1 Purwantoro semester gasal tahun
pelajaran 2012/2013.
Penelitian ini
dilaksanakan pada tahun pelajaran 2012/2013
selama dua bulan, yaitu pada bulan Oktober dan Nopember 2012 dengan subjek penelitian adalah siswa kelas
VIII B SMP Negeri 1 Purwantoro Wonogiri sebanyak 34 orang. Metode pengumpulan
data melalui tes, observasi dan angket yang kemudian dianalisis dan divalidasi.
Penelitian ini terdiri dari dua siklus yang masing-masing siklus, meliputi:
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar Sistem persamaan linier dua
variabel .pada peserta didik kelas VIII B SMP 1 Purwantoro Wonogiri tahun
pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan
hasil belajar sebelum tindakan dengan rata-rata yang diperoleh 76,0; siklus I
78,71; dan Siklus 2 81,15. Demikian pula motivasi siswa dalam belajar mengalami
peningkatan yang lebih baik. Peningkatan tersebut sesuai dengan rumusan
masalah, tujuan penelitian dan hipotesis penelitian ini..
Kata Kunci : Motivasi, Hasil Belajar dan Model Jigsaw.
PENDAHULUAN
Latar Belakang.
SMP Negeri 1
Purwantoro merupakan SMP Negeri di wilayah paling timur di Kabupaten Wonogiri
yaitu terletak di Desa Bangsri Kecamatan Purwantoro. Karena letaknya pendaftar
melampaui daya tampung yang ada. Walaupun demikian siswa yang diterima di SMP
Negeri 1 Purwantoro masih mempunyai nilai matematika yang rendah, ada 40% dari
siswa yang diterima dengan nilai matematika di bawah 60.
Berdasarkan
data awal dari hasil survei 34 siswa kelas VIII. B yang menjadi subyek penelitian ini, pada
nilai rapot kelas VII rata- rata 73,5 dengan batas ketuntasan minimal 71.
Diantara 34 siswa masih terdapat 8 siswa yang memperoleh nilai matematika di
bawah batas ketuntasan yang telah ditetapkan. Selain masalah hasil belajar,
berdasarkan sikap siswa dalam mengikuti pelajaran matematika hanya sedikit
siswa yang berani bertanya, hanya sedikit siswa yang berani mengajukan diri
untuk mengerjakan soal depan kelas kecuali jika ditunjuk oleh guru. Saat
pembelajaran berlangsung masih banyak siswa yang tidak tahu beberapa istilah matematika atau
pengetahuan prasyarat yang didapat dari pelajaran sebelumnya. Selain itu buku
paket yang disediakan sekolah untuk dipakai dan dibawa pulang tidak
dimanfaatkan siswa untuk mempelajai materi baru. Hal ini disebabkan banyaknya siswa yang masih
menganggap matematika merupakan pelajaran yang paling sulit dan menyeramkan
sehingga intensitas belajar matematika rendah. intensitas belajar merupakan
pencerminan dari usaha belajar siswa.
Semakin tinggi usaha dan intensitas belajar semakin baik prestasi yang diharapkan.
Tidak
efektifnya pengajaran yang dilakukan guru tersebut diduga akibat kurang
tepatnya guru dalam menggunakan strategi pembelajaran. Peningkatan hasil
belajar pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel dan efektifas
pembelajaran yang diharapkan oleh peneliti adalah cara menciptakan pembelajaran
yang menarik dengan memilih model Jigsaw.
Model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif,
dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 5 orang secara
heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung
jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan
menyampaikan materi tersebut. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Dengan demikian siswa saling
tergantung satu sama lain dan harus bekerjasama untuk mempelajari tugas yang
ditugaskan.
Pada
kesempatan ini peneliti mengadakan penelitian rendahnya penguasaan siswa pada
materi Sistem Persamaan Linier Dua variabel karena adanya motivasi belajar
siswa. yang rendah dan tidak efektifnya pengajaran yang dilakukan guru dalam
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa SMP N 1
Purwantoro Kelas VIII.B Semester Gasal
Tahun Pelajaran 2012/2013.
Dengan metode
kooperatif tipe jigsaw ini para siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi
dengan baik dan untuk bekerja keras dalam kelompok ahli mereka supaya mereka
dapat membantu timnya melakukan tugas dengan baik. Oleh karena itu, peneliti
mengadakan penelitian dengan judul “ Upaya
meningkatkaan motivasi dan hasil belajar Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
(SPLDV) dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa
SMP N 1 Purwantoro Kelas VIII.B Semester
Gasal Tahun Pelajaran 2012/2013.”
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, maka masalah-masalah dalam penelitian ini dapat
diidetifikasi sebagai berikut:
1.
Guru masih menggunakan
model pembelajaran yang bersifat konvensional dan monoton.
2.
Guru hanya mengejar
penyelesaian materi sesuai tuntutan kurikulum , tanpa memberikan kesempatan
siswa untuk benar-benar memahami materi yang diajarkan.
3.
Siswa kurang memiliki
motivasi dalam mengikuti pembelajaran sehingga minat terhadap pelajaran yang
disampaikan rendah.
4.
Pengawas maupun kepala
sekolah belum memberikan perhatian penuh terhadap guru dalam melaksanakan
tugasnya terutama yang berkaitan dengan model-model pembelajaran.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
permasalahan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1.
Apakah penggunaan model
pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
kelas VIII. B SMP N 1 Purwantoro
2.
Apakah penggunaan model
pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar sistem
persamaan linier dua variabel pada siswa
kelas VIII. B SMP N 1 Purwantoro
semester gasal tahun pelajaran 2012/2013.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Memberikan
layanan pembelajaran yang berkualitas dan efektif sehingga siswa memiliki
2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa kelas VIII. B SMP N 1
Purwantoro semester gasala pada tahun pelajaran 2012/2013
b.
Untuk meningkatkan hasil
belajar system persamaan linier dua variabel pada siswa kelas VIII. B semester gasal tahun pelajaran 2012/2013
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
a.
Mendapatkan pengetahuan
tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan. motivasi dan hasil belajar siswa
b.
Sebagai dasar atau acuan
dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.
2.
ManfaatPraktis
a.
Bagi Siswa
1) Meningkatkan rasa tanggung jawab dan kerjasama untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
2) Meningkatkan partisifasi dan motivasi belajar siswa.
3) Meningkatkan hasil belajar matematika
b. Bagi Guru
1)
Mengembangkan kompetensi
dan kreativitas guru dalam proses pembelajaran
2)
Mendapatkan alternative
model pembelajaran yang tepat sehingga bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran
3)
Sebagai sarana penelitian
guru dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru.
c. Bagi Sekolah
1)
Sebagai upaya peningkatan
kualitas pembelajaran dan mutu pendidikan di sekolah.
2)
Menciptakan pembelajaran
yang kondusif.
3)
Menambah perbendaharaan di
perpustakaan sekolah
KAJIAN TEORI
Karakteristik dan
Hakekat Matematika
Matematika seringkali dipandang sebagai
suatu mata pelajaran yang tertutup, karena untuk dapat menguasai suatu materi
baru diperlukan adanya penguasaan terhadap materi yang sudah dipelajari
sebelumnya. Hal ini karena matematika itu sendiri berkenaan dengan symbol-simbol
dan struktur-struktur yang hubungannya diatur menurut aturan yang logis.
Addusysakir (2007) merangkum definisi matematika sebagai ilmu tentang bilangan
dan ruang, besaran (kuantitas), hubungan (relasi), bentuk (abstrak),
struktur-struktur yang logis dan bersifat deduktif.
Hal ini sejalan dengan pendapat
Andersen, J.R, et al (2000) bahwa pengetahuan dibangun melalui konstruksi
pengetahuan di otak siswa sehingga terbentuk hubungan dan saling keterkaitan
antar materi.
Hasil Belajar
Matematika
Belajar secara umum dapat diartikan
sebagai proses tersebut karena adanya: 1). Stimulus yang berasal dari
lingkungan dan 2). perubahan perilaku ini tidak terjadi dengan sendirinya,
tetapi ada yang sengaja direncanaka dan ada yang dengan sendirinya terjadi karena
proses perilaku ini disebut dengan proses belajar. Proses ini merupakan suatu
aktivitas psikis / mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan yang relatif konstan dan
berbekas. Perubahan-perubahan perilaku ini merupakan hasil belajar yang mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan
ranah psikomotorik (Suprayekti, 2004: 2)
Setelah proses belajar, maka siswa
memperoleh hasil belajar (Dimyati dan Mujiono, 2006: 34). Menurut ahli
pendidikan dan psikologi, salah satu hasil belajar adalah adanya perubahan
tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu biasanya berupa penguasaan terhadap
ketrampilan dan perubahan yang berupa sikap. Perubahan perilaku ini merupakan
hasil dari kegiatan belajar yang dicapai dengan cara latihan maupun pengalaman
(Baharudin & Esa Nur Wahyuni, 2007 : 34).
Hasil belajar
matematika adalah hasil yang diperoleh dari serangkaian usaha yang disengaja
dalam pembelajaran matematika untuk memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru
sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku. Hasil belajar matematika dapat
berupa penguasaan terhadap sejumlah materi matematika. Berhasil tidaknya siswa
dalam pembelajaran matematika dapat diketahui dari hasil tes (evaluasi).
Model Pembelajaran
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai
model-model pembelajaran, akan dibahas terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan
pendekatan, strategi dan model pembelajaran.
a.
Pendekatan dalam pembelajaran.
Pendekatan adalah suatu jalan, cara atau kebijakan yang ditempuh oleh
guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran apabila kita melihatnya dari
sudut bagaimana
proses pengajaran
atau materi pengajaran itu dikelola. Contoh pendekatan- pendekatan dalam
pengajaran amtematika antara lain : CBSA, kontektual, indukti, deduktif, spiral
dan pemecahan masalah (DEPDIKNAS, 2005: 3).
b. Strategi Pembelajaran.
Strategi pembelajaran adalah
perencanaan dan tindakan yang tepat dan
cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dapat tercapai. Strategi pembelajaran yang dapat
dipilih saat ini adalah strategi yang membuat siswa semakin aktif dalam
belajarnya. Strategi pembelajaran sepeti ini dikenal dengan istilah
pembelajaran aktif. Pembelajaran
adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan
potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi
optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa (Amin Suyitno,
2006).
c.
Metode Mengajar.
Metode mengajar adalah cara
mengajar atau cara menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang kita
ajar.Macam-macam metode mengajar antara lain : ceramah, ekpositori, Tanya jawab
dan penemuan (DEPDIKNAS, 2005: 4).
d.
Model Pembelajaran.
Model pembelajaran adalah suatu
pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu diterapkan agar tujuan atau
kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih
efektif dan efisien.
Macam-macam model pembelajaran yang dapat meningkatkan
aktifitas belajar siswa antara lain :
1)
Model pembelajaran pengajuan soal
(problem solving).
2)
Model pembelajaran Contextual
Teching and Learning (CTL).
3)
Model pembelajaran PAKEM.
4)
Model pembelajaran Quantum.
5)
Model pembelajaran Berbalik.
6)
Model pembelajaran RME (Realistic
Mathematic Education).
7)
Model pembelajaran Kooperatif
e.
Pembelajaran Kooperatif.
Menurut Slavin dalam Susilowati (1995), Pembelajaran
kooperatif merupakan ide lama semenjak abad pertama setelah masehi para filosof
sudah mengemukakan bahwa agar seseorang belajar dia harus memiliki teman
belajar. Dalam pembelajaran kooperatif siswa akan lebih mudah memahami dan
menemukan konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan
masalah – masalah tersebut dengan temannya.
Di dalam pembelajaran kooperatif
siswa belajar bersama dalam kelompok – kelompok kecil yang heterogen, terdiri
dari 4-5 orang siswa, campuran dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang,
rendah, jenis kelamin dan suku / ras serta saling membantu satu sama yang lain.
Agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan secara efektif unsur-unsur dasar
pembelajaran kooperatif yang perlu ditanamkan kepada siswa adalah sebaga berikut :
1)
Para siswa harus memiliki persepsi
yang sama bahwa mereka tenggelam dan berenang bersama.
2)
Para Siswa memiliki tanggung jawab
terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap
diri mereka dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3)
Para siswa harus berpandangan
bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
4)
Para siswa harus membagi tugas dan berbagi
tanggung jawab sama besarnya diantara para anggota kelompok.
5)
Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau
penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota
kelompok.
6)
Para siswa berbagi kepemimpinan
sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerjasama selama belajar.
Dalam pembelajaran kooperatif di
kelas ada beberapa tahap yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
1).Tahap Persiapan
a)
Merancang dan menyiapkan materi
pelajaran.
b)
Menetapkan siswa dalam kelompok.
c)
Menentukan skor awal.
d)
Menyiapkan siswa untuk bekerja
kooperatif
2). Tahap Pembelajaran
a)
Guru menyiapkan tugas dan motivasi
siswa untuk belajar.
b)
Guru menyampaiakn materi/informasi
dengan demontrasi atau teks.
c).Siswa diskusi atau
belajar kelompok.
d).Evaluasi, dalam hal ini guru
mengetes materi pelajaran atau kelompok menyajikan hasil pekerjaannya.
e).Pengenalan, dalam hal ini guru
menemukan cara-cara untuk mengenali karya dan
3) Turnamen.
Turnamen merupakan suatu struktur dimana permainan itu
terjadi. Permainan disun dari pernyataan-pernyataan relevan dengan pelajaran
yang dirancang untuk mengetes pengetahuan yang diperoleh siswa dari penyampaian
materi pelajaran di kelas dan kegiatan kelompok.
4).Kuis
Setelah diadakan turnamen, siswa mendapat kuis secara
individu untuk mengetahui tingkat penguasaan pengetahuan secara individu. Dalam
mengerjakan kuis, siswa dalam kelompok tidak diperbolehkan saling membantu.
Dengan demikian siswa sebagai individu bertanggung jawab untuk memahami materi
pelajaran.
5).Penghargaan kelompok.
Setelah turnamen dan kuis dilaksanakan perhitungan
skor kelompok, maka guru segera menyiapkan penghargaan pada tim (kelompok) yang
memperoleh nilai baik
f, Model Pembelajaran Jigsaw.
Menurut Hisyam
Zaini dkk (2007:59), Model pembelajaran Jigsaw merupakan strategi yang menarik
untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa
bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan
model ini adalah dapat melibatkan
seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain.
Menurut Slavin (2008: 237), Kunci
metode Jigsaw adalah interdepensi : tiap siswa tergantung kepada teman satu
timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja
baik saat penilaian.
Langkah – langkah pengajaran
dengan metode jigsaw yang harus diperhatikan adalah:
1). Materi. Pilih materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa
topik.
2). Membagi siswa dalam tim. Membagi para siswa ke dalam tim heterogen
yang terdiri dari empat sampai lima anggota.
3).Membagi siswa dalam kelompok ahli. Dalam membagi siswa dalam
kelompok ahli dapat dilakukan secara acak atau tiap kelompok ahli terdapat
siswa yang berprestasi tinggi, sedang dan rendah.
4). Diskusi Kelompok Ahli. Para siswa
dengan topik ahli yang sama mendiskusikannya dalam kelompok. Para siswa dengan
topik ahli 1 untuk berkumpul bersama pada satu meja, semua siswa dengan topik
ahli 2 berkumpul pada meja lain dan seterusnya. Tunjuk seorang pemimpin diskusi
untuk tiap kelompok.Pemimpin diskusi tidak harus siswa dengan kemampuan yang
baik, semua siswa mempunyai kesempatan yang sama. Sekitar dua puluh menit
keelompok ahli akan mendiskusikan topik – topik mereka, sementara kelompok ahli
bekerja guru meluangkan waktu dengan tiap kelompok secara bergantian. Guru
mungkin menjawab pertanyaan-pertanyaan dan meluruskan kesalahpahaman, tetapi
tidak boleh mencoba mengambil alih kepemimpinan diskusi.
5). Laporan Tim. Para ahli kembali kepada
timnya masing-masing teman untuk
mengajari topik mereka kepada teman satu timnya. Para siswa mempunyai tanggung
jawab terhadap teman satu tim mereka untuk menjadi guru yang baik sekaligus
juga sebagai pendengar yang baik.
6). Tes. Para siswa mengerjakan kuis/tes.
Satu kopian soal untuk tiap siswa. Berikan waktu yang cukup bagi semua siswa
untuk menyelesaikan soal yang diberikan.
Diagram 1. Ilustrasi Kelompok
Pembelajaran Jigsaw
4. Motivasi
Belajar.
a. Pengertian
Motivasi.
Callahan dan Clark
(dalam Mulyasa, 2005: 174) mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong
atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu.
Dengan motivasi akan tumbuh dorongan untuk melakukan sesuatu dalam kaitannya
dengan pencapaian tujuan. Seseorang melakukan sesuatu kalau ia memiliki tujuan
atas perbuatannya, demikian halnya karena adanya tujuan yang jelas maka akan
bangkit dorongan untuk mencapainya.
Motif adalah daya
dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu atau keadaan
seseorang atau organism yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian
tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk
menggiatkan motif-motif menjadi
perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau
keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2008: 28).
Sedangkan menurut
Djamarah (2002: 114), motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi
dalam diri seseorang kedalam bentuk aktifitas nyata untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang
tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas
belajar. Motivasi merupakan salah satu factor yang dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila
memiliki motivasi yang tinggi. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Jadi motivasi
adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam
mencapai tujuan tertentu.
b. Macam-macam
Motivasi.
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua yaitu:
1). Motivasi Instrinsik
2). Motivasi Ekstrinsik.
5.Sistem
Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)
a.
Persamaan Linier Dua Variabel
(PLDV)
Persamaan Linier Dua Variabel
adalah persamaan yang memiliki dua variable dengan pangkat masing-masing
variable sama dengan satu ( Cucun Cunayah, 2007: 55).
Bentuk umum Persamaan Linier Dua
Variabel (PLDV ) adalah
|
b.
Sistem Persamaan Linier Dua
Variabel (SPLDV)
Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
(SPLDV) adalah dua buah persamaan linier dua variabel yang hanya mempunyai satu
penyelesaian (Cucun Cunayah, 2007: 56).
Bentuk umum system persamaan linier
dua variabel (SPLDV) adalah
|
Dengan x, y disebut variabel dan a, b,
m, n desebut koefisien.
c.
Menyelesaikan Sistem Persamaan
Linier Dua Variabel
Untuk menyelesaian atau akar dari
system persamaan linier dua variabel dapat ditentukan dengan 4 cara, yaitu:
1). Metode grafik
2) Metode eliminasi
3). Metode
substitusi
4). Metode gabungan
d. Membuat Model
Matematika
Beberapa permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari dapat diselesaikan dengan system persamaan linier dua variabel.
Permasalahan sehari-hari tersebut biasanya disajikan dalam bentuk soal cerita.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting
Penelitian
1.Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober
sampai dengan bulan Nopember tahun 2012,
dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 1. Jadwal Penelitian
No
|
Kegiatan
|
Waktu
|
1.
|
Persiapan
|
1 – 14 Oktober 2012
|
2.
|
Perencanaan
|
15 – 20 Oktober 2012
|
3.
|
Pelaksanaan
|
|
4.
|
a.
Siklus I
|
22, 25 dan 28 Oktober 2012
|
b.
Siklus II
|
30 Okt, 1 dan 4 Nopember 2012
|
|
Penyusunan Laporan
|
5 – 30 Nopember 2012
|
2.Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas yang
penulis ampu yaitu kelas VIII. B SMP N 1 Purwantoro. Dari survei awal diketahui
nilai ulangan matematika siswa kelas VIII.B masih rendah yaitu 76,0 dan 14
siswa memperoleh nilai kurang dari KKM yaitu 75.
Subyek Penelitian
Subyek
penelitian adalah siswa kelas VIII.B SMP N 1 Purwantoro semester gasal tahun
2012/2013 sebanyak 34 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 20 siswa
perempuan. Materi pelajaran pada saat
dilaksanakan penelitian ini adalah Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
(SPLDV).
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian
diperoleh langsung dari siswa sebagai subyek penelitian. Data penelitian
terdiri dari data kualitatif berupa hasil pengamatan dan dokumentasi berupa
foto dan data kuantitatif berupa hasil tes belajar Sistem Persamaan Linier Dua
Variabel (SPLDV).
Tehnik
dan Alat Pengumpulan Data
1.
Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan
data menggunakan angket untuk mengetahui pendapat siswa tentang model
pembelajaran jigsaw, observasi untuk mengetahui motivasi siswa dan tes untuk
mengetahui hasil belajar siswa tiap akhir siklus.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data menggunakan angket,
lembar observasi dan soal tes tertulis berbentuk soal uraian diakhir siklus.
Validasi
Data
Validasi instrumen dilakukan dengan
trianggulasi untuk meminimalkan subyektivitas (Suwarsih Madya, 2007). Proses
trianggulasi dilakukan peneliti dan rekan sejawat untuk merevisi kelayakan dan tingkat
kesukaran butir soal berbentuk soal essay (uraian) agar lebih obyektif.
Reliabilitas data PTK tidak mungkin dilakukan
seperti halnya penelitian kuantitatif. Untuk meyakinkan atas reliabilitas PTK
maka disajikan hasil angket, observasi,
foto dan hasil tes di akhir
siklus.
Analisis Data.
Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan teknik diskriptik analitik. Data kualitatif dideskripsikan dan ditransformasi secara kuantitatif dengan
menentukan persentase masing-masing amatan. Data kuantitatif hasil
belajar ditabulasi, dihitung rata-rata dan persentase ketuntasan belajarnya.
Indikator Kinerja
Indikator
keberhasilan dalam penelitian ini menggunakan acuan berikut:
1. Meningkatnya hasil belajar siswa baik aspek afektif (motivasi siswa) sesuai masing-masing amatan pada tiap-tiap
siklus,
2. Meningkatnya hasil belajar
siswa (secara kognitif) tiap siklus dengan kriteria ketuntasan minimal
(KKM) ≥ 75
Prosedur
Penelitian
Penelitian ini dilakukan
secara kolaboratif antara peneliti dengan teman sejawat sebagai kolaborator.
Bentuk kolaborator diharapkan dapat memberikan kedalaman cakupan penelitian dan
keakuratan data. Penelitian tindakan kelas ini mengikuti pola penelitian
tindakan pada umumnya, yaitu proses pengkajian bersiklus dengan dua siklus.
Masing-masing siklus terdiri dari prosedur sebagai berikut (Susilo, 2007: 19)
1. Perencanaan (planning).
2. Tindakan (acting).
3. Observasi (observing.
4. Refleksi (reflecting).
Penelitian yang penulis lakukan
terdiri dari dau siklus dengan materi pelajaran matematika Kelas VIII semester
gasal yaitu Standar Kompetensi 2,
memahami SPLDV dan menggunakan dalam kehidupan, yang dibagi dalam beberapa
Kompetensi Dasar (KD) yaitu :
2.1.
Menyelesaikan SPLDV
2.2.
Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan SPLDV
2.3. Menyelesaikan model matematika dari masalah
yang berkaitan dengan SPLDV dan penafsirannya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Diskripsi Kondisi
Awal.
1.
Diskripsi Lokasi
SMP N egeri 1 Purwantoro terdiri
dari 23 rombongan belajar yaitu kelas VII ada 8 rombel, kelas VIII ada 7 rombel dan kelas 9 ada 8 rombel. Peneliti
mengambil subyek tindakan kelas VIII. B karena peneliti sendiri mengampu kelas
tersebut. Kelas VIII. B terdiri dari 34 siswa yaitu 14 siswa laki-laki dan 20
siswa perempuan. Secara akademis tidak begitu bagus karena dari nilai rapot
saat kelas VII, hasil nilai rapot hanya mempunyai rata-rata 73,5 dan dengan
batas ketuntasan 71 dengan 12 siswa memperoleh nilai di bawah KKM.
2.
Deskripsi Refleksi Awal.
a. Proses Pembelajaran.
Pembelajaran pada refleksi awal
adalah peneliti mengambil data dari materi sebelumnya yaitu persamaan garis
lurus. Pada materi ini pembelajaran dilakukan secara klasikal dengan metode
ceramah dan tanya jawab biasa. Dari hasil evaluasi pada materi ini masih ada 11
siswa belum mencapai batas ketuntasan minimal.
b.Hasil Observasi.
Hasil observasi awal peneliti dan
kolaborator pada refleksi awal ini dirangkum dalam bentuk tabel berikut ini :
Tabel 2. Motivasi siswa pada pembelajaran sebelumnya.
No
|
Aspek yang dinilai
|
Jml Skor
|
%
|
1.
|
Tekun mengerjakan tugas
|
54
|
40%
|
2.
|
Ulet dalam menghadapi
kesulitan
|
40
|
29%
|
3.
|
Suka bekerja sendiri
|
48
|
35%
|
4.
|
Kemampuan melakukan
pertanyaan
|
51
|
38%
|
5.
|
Tekun dalam
mempelajari materi
|
48
|
35%
|
c. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa pada
pembelajaran sebelum tindakan secara lengkap pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Rangkuman hasil belajar siswa sebelum siklus
Kriteria
|
Jumlah
|
Persentase
|
Tuntas
|
20
|
58.82%
|
Belum Tuntas
|
14
|
41.18%
|
Jumlah
|
34
|
100%
|
Nilai Rata-rata
|
76,0
|
|
Nilai Maksimum
|
85
|
|
Nilai Minimum
|
45
|
Laporan Hasil
Penelitian
1.
Siklus I
a. Proses Pembelajaran
Pembelajaran pada siklus 1
dilaksanakan selama 3 pertemuan (6 Jam Pelajaran). Dengan materi Persamaan
linier dua variabel (PLDV) dan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV).
Dengan indikator menyelesaikan system persamaan linier dua variabel dengan
empat metode, yaitu metode grafik, metode eliminasi, metode substitusi dan
metode gabungan. Proses pembelajaran pada siklus 1 guru menggunakan model
pembelajaran kooperatif Jigsaw.
b.Hasil Observasi
Diskripsi hasil pengamatan pada
pembelajaran siklus 1 secara lengkap dirangkum dalam tabel berikut ini:
Tabel 4. Motivasi siswa pada pembelajaran siklus 1
No
|
Aspek
yang dinilai
|
Jml Skor
|
%
|
1.
|
Tekun mengerjakan
tugas
|
95
|
70%
|
2.
|
Ulet dalam menghadapi
kesulitan
|
82
|
60%
|
3.
|
Suka bekerja sendiri
|
79
|
58%
|
4.
|
Kemampuan melakukan
pertanyaan
|
82
|
60%
|
5.
|
Tekun dalam mempelajari
materi
|
95
|
70%
|
c. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa pada
pembelajaran siklus 1 secara lengkap dirangkum dalam tabel 5 berikut ini:
Tabel 5. Rangkuman Hasil Belajar Siswa pada Siklus 1
Kriteria
|
Jumlah
|
%
|
Tuntas
|
26
|
76.47%
|
Belum Tuntas
|
8
|
23.53%
|
Jumlah
|
34
|
100%
|
Nilai Rata-rata
|
78,71
|
|
Nilai Maksimum
|
95
|
|
Nilai Minimum
|
50
|
d. Refleksi.
Refleksi dilakukan bersama-sama dengan
kolaborator, dilaksanakan setelah ulangan harian pada siklus I
1) Memeriksa dan menganalisis hasil ulangan harian.
2) Menganalisis lembar
observasi.
3) Mencari kekurangan / kelemahan pelaksanaan siklus I.
4) Mencari solusi perbaikan pelaksanaan siklus II.
2.
Siklus II
a. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada siklus II
dilaksananakan selam 3 pertemuan ( 6 jam pelajaran ) yaitu dengan materi
membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan SPLDV dan Menyelesaikan
model matematika dari masalah yang berkaitan dengan SPLDV dan penafsirannya.
Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran jigsaw terbimbing.
b.Hasil Observasi
Diskripsi hasil pengamatan pada
pembelajaran siklus II secara lengkap dirangkum dalam tabel berikut ini:
Tabel 6. Motivasi siswa pada pembelajaran siklus II
No
|
Aspek
yang dinilai
|
Jml Skor
|
%
|
1.
|
Tekun mengerjakan
tugas
|
118
|
87%
|
2.
|
Ulet dalam menghadapi
kesulitan
|
104
|
76%
|
3.
|
Suka bekerja sendiri
|
100
|
74%
|
4.
|
Kemampuan melakukan
pertanyaan
|
115
|
85%
|
5.
|
Tekun dalam
mempelajari materi
|
123
|
90%
|
c. Hasil Belajar Siswa.
Hasil belajar siswa pada
pembelajaran siklus II secara lengkap dirangkum dalam tabel 5 berikut ini:
Tabel 7. Rangkuman Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
Kriteria
|
Jumlah
|
Persentase
|
Tuntas
|
30
|
88.24%
|
Belum Tuntas
|
4
|
11.76%
|
Jumlah
|
34
|
100%
|
Nilai Rata-rata
|
81.15
|
|
Nilai Maksimum
|
100
|
|
Nilai Minimum
|
58
|
d.
Refleksi
Refleksi dilakukan bersama-sama dengan kolaborator,
dilaksanakan setelah ulangan harian pada siklus I, kegiatan antara lain:
1) Memeriksa dan menganalisis hasil ulangan harian.
2) Menganalisis lembar
observasi.
3) Membuat kesimpulan
Pembahasan Hasil Penelitian Antar Siklus
Berdasarkan
tujuan penelitian ini pembahasan tidak hanya difokuskan pada aspek kognitif (
hasil tes ) saja, tetapi juga ditekankan pada aspek afektif yang mendukung motivasi belajar siswa.
1.
Peningkaan Sikap Yang
Mendukung Motivasi Siswa Saat Proses Pembelajaran.
Tabel 8.
Rangkuman Sikap Siswa Tiap Siklus.
No
|
Aspek Yang Dinilai
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
Jml
Skor
|
%
|
Jml
Skor
|
%
|
||
1
|
Tekun mengerjakan
tugas
|
95
|
70%
|
118
|
87%
|
2
|
Ulet dalam menghadapi
kesulitan
|
82
|
60%
|
104
|
76%
|
3
|
Suka bekerja sendiri
|
79
|
58%
|
100
|
74%
|
4
|
Kemampuan melakukan
pertanyaan
|
82
|
60%
|
115
|
85%
|
5
|
Tekun dalam mempelajari
materi
|
95
|
70%
|
123
|
90%
|
a. Peningkatan Hasil Belajar.
Dari hasil penilian ini menunjukkan bahwa penggunaan
Model Pembelajaran Type Jigsaw dalam pembelajaran matematika membawa dampak
peningkatan hasil belajar pada materi Sistem Pesamaan Linier Dua Variabel.
Perubahan hasil belajar secara lengkap ditunjukkan pada tabel 9 berikut ini:
Tabel
9. Rangkuman Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus.
Kriteria
|
Sebelum Siklus
|
Siklus I
|
Siklus II
|
|||
JML
|
Persen
|
JML
|
Persen
|
JML
|
Persen
|
|
Tuntas
|
20
|
58.82%
|
26
|
76.47%
|
30
|
88.24%
|
Belum Tuntas
|
14
|
41.18%
|
8
|
23.53%
|
4
|
11.76%
|
Rata-rata
|
76,00
|
78,71
|
81,15
|
|||
Nilai Min
|
45
|
50
|
58
|
|||
Nilai Maks
|
85
|
95
|
100
|
Berdasarkan tabel di atas peningkatan rata-rata
hasil belajar berdasarkan ketuntasan belajar yang dicapai siswa dari sebelum
tindakan ke siklus II tejadi kenaikan dari 58,82% menjadi 88,24% atau naik
29,42%. Rata-rata nilai siswa juga meningkat dari 76,00 menjadi 81,15 atau naik
sekitar 5,15.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan
model pembelajaran jigsaw yang telah diterapkan merupakan salah satu strategi
yang menarik untuk digunakan. Hal ini juga didukung oleh materi yang dipelajari
dapat dibagi menjadi beberapa bagian atau sub topik. Dengan model pembelajaran
jigsaw para siswa termotivasi untuk mempelajari materi yang diberikan guru
dengan baik dan bekerja keras dalam kelompok ahli mereka supaya mereka dapat
membantu timnya melakukan tugas dengan baik.
PENUTUP
Kesimpulan.
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Dengan Menggunakan model
pembelajaran Jigsaw dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa. Hal ini ditunjukkan adanya peningkatan skor sikap siswa tekun
dalam mempelajari materi yang diberikan.
2.
Dengan menggunakan model
pembalajaran Jigsaw dalam pembelajaran matematika dapat menigkatkan hasil
belajar matematika materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV). Hal ini
ditunjukkan adanya peningkatan ketuntasan belajar yang dicapai siswa, dari
sebelum tindakan sampai dengan siklus II dari =(20/34)*100 58.82% menjadi 6,00 menjadi 81,15 atau naik 5,15%.
Saran-saran
Setelah mengadakan penelitian, maka
beberapa saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
1.
Model pembelajaran Jigsaw dapat
digunakan sebagai salah satu strategi pembelajaran matematika materi Sistem
Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV), karena dapat memotivasi siswa untk
bekerja keras dan punya tanggung jawab yang besar sehingga dapat digunakan pada
tahun-tahun berikutnya.
2.
Guru dalam mengajar perlu
merancang pembelajaran sebaik-baiknya dengan menggunakan strategi yang tepat
sesuai dengan materi dan kondisi siswa.
3.
Model pembelajaran Jigsaw dalam
pembelajaran matematika dapat digunakan sebagai pendekatan pembelajaran yang
mampu meningkatkan hasil belajar matematika.
4.
Guru dalam mengajar perlu
menjadikan siswa sebagai jiwa yang memiliki potensi yang lebih, sehingga guru
cukup sebagai fasilitator agar siswa dapat mengembangkan kemampuan yang
dimiliki sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Addusysakir, 2007. Ketika
Kyai Mengajar Matematika. Malang : UIN
Malang Press
Andersen JR Lynne Reder, Herbert
A, Simon, 2000. Applications and
Misapplications Of Cognitive Psykology to Mathematics Education. Texas
Educational Review Contributed Paper at the International Coference on the
Teaching of Mathematics Samos. July 3 – 6 1998
Baharudin dan Esa Nur W, 2007.
Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar – Ruzz Media.
Cunayah Cucun, 2007. Ringkasan dan
Bank Soal Matematika Untuk SMP / MTs. Bandung : Yrama Widys.
DEPDIKNAS, 2006. Kajian Kebijakan
Kurikulum Matematika. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum.
Dimyati dan Mujiono, 2006. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional dan Rineka Cipta.
Djamarah dan Syaiful Bahri, 2002.
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hisyam Zaini, dkk. 2007. Strategi
Pembelajaran Aktf. Jalarta : CTSD
Madya Suwarsih, 2007. Penelitian
Tindakan Kelas. www.ktiguru.org.Akses 28 Agustus 2007.
Marpaung Yanses, 2002. Reformasi
Pembelajaran Matematika dan Makalah Seminar Regional Pendidikan Matematika
“Problematika Evaluasi Pembelajaran Matematiaka”. Surakarta: Program Pasca
Sarjana UNS 22 maret 2002.
Mohammad User dan Usman, 2005.
Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, 2005. Menjadi Guru
Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sholeh Muhammad, 1998. Pokok—Pokok
Pengajaran Matematika Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan.
Slavin Robert E, 2008. Cooperative
Learning. Bandung: Nusa Media.
Suprayekti, 2004. Interaksi
Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Susanto Hadi, 2008. Kebangkitan
Nasional Harus Dilakukan Setiap Hari. Koran Tempo 18 Mei 2008. http://www.fmipa.itb.ac.id.
Akses 25–8-2008.
Susilo, 2007. Panduan Penelitian
Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publiser.
Susilowati Dewi, 2008. Diklat
Penelitian Tindakan Kelas dan Inovasi Pembelajaran Matematika. Makalah.
Sukoharjo: UNIVET.
Tampomas Husein, 2005. Matematika
2 SMP Kelas VIII. Jakarta: Yudistira.
Zulkadi, 2003.
Pendidikan Matematiak Realistik Indonesia. Palembang: FKIP Universitas
Sriwijaya. www. Pmri.or.id. Akses 10 Nopember 2003.